jateng.jpnn.com, SEMARANG - Kemajuan pembangunan kawasan industri dan pabrik-pabrik baru yang tumbuh di berbagai penjuru Jawa Tengah (Jateng) menyimpan dilema yang jarang tersorot, yaitu ketahanan pangan yang kian tergerus.
Provinsi yang selama ini menyandang predikat sebagai lumbung pangan nasional itu, tiap tahun kehilangan sekitar 12 ribu hektare lahan tanam akibat alih fungsi lahan.
Peristiwa ini mencuat di tengah derasnya kran investasi ke Jateng sepanjang semester pertama 2025.
Data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jateng mencatat, nilai realisasi investasi pada triwulan I mencapai Rp 21,85 triliun dan triwulan II sebesar Rp 23,73 triliun.
Investasi tersebut melahirkan 38.669 proyek dan menyerap tenaga kerja sebanyak 125.743 orang.
Kepala DPMPTSP Jateng Sakina Rosellasari mengakui Jawa Tengah memang memiliki peran ganda, baik sebagai pusat pertumbuhan industri dan lumbung pangan nasional.
Sakina menyebut pemerintah provinsi sejak awal telah mendorong para investor untuk masuk ke wilayah-wilayah yang sudah ditetapkan sebagai kawasan industri atau kawasan peruntukan industri.
"Investasi yang masuk pasti kami arahkan ke daerah yang sudah memiliki kawasan industri. Apalagi untuk Penanaman Modal Asing (PMA, red), itu wajib hukumnya berada di kawasan industri atau kawasan ekonomi khusus," kata Sakina dalam konferensi pers capaian investasi triwulan II di kantor DPMPTSP Jateng, Kota Semarang, Senin (4/7).