jateng.jpnn.com, SEMARANG - Banjir yang melanda Kota Semarang, Jawa Tengah, terutama di Jalur Pantura Kaligawe Raya, sudah berlangsung hingga sepuluh hari. Kondisi ini membuat pengusaha truk merugi besar dan kesulitan menjalankan operasional.
Pantauan JPNN.com, arus lalu lintas di jalan nasional tersebut tersendat. Hanya kendaraan besar seperti truk dan bus yang bisa menerjang banjir dengan kedalaman mencapai 90 cm. Kendati begitu, tampak sejumlah truk yang mogok.
Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jawa Tengah dan DIY Bambang Widjanarko mengatakan banjir tahun ini tergolong paling parah karena bertahan lama dan belum menunjukkan tanda-tanda surut.
“Biasanya banjir hanya dua sampai tiga hari, tetapi sekarang sudah sepuluh hari air belum surut. Bahkan kami khawatir puncaknya akan terjadi akhir Januari atau awal Februari lebih besar,” ujar Bambang kepada JPNN.com, Jumat (31/10).
Dia tak menghitung total kerugian. Hanya saja, kondisi ini membuat ribuan truk sulit beroperasi. Satu truk yang berhenti beroperasi selama sehari saja, bisa mengalami kerugian sekitar Rp 1 juta.
Jika banjir berlangsung sepuluh hari, maka kerugian per unit bisa mencapai Rp 10 juta, belum termasuk kerusakan mesin akibat terendam air. Untuk membersihkan kaki-kaki saja, minimal merogoh kocek Rp 20 juta.
“Mesin banyak yang rusak, bearing hancur, sistem rem bermasalah. Kalau mesinnya sampai koklok, perbaikan bisa lebih dari Rp 50 juta,” ujarnya.
Selain itu, para sopir juga kehilangan pendapatan karena sistem kerja mereka berbasis ritase. Biasanya satu bulan, merema bisa enam kali perjalanan Jakarta-Surabaya, sekarang hanya tiga kali. Pendapatan mereka otomatis berkurang separuh.






































