jpnn.com - Jorge Martin menutup MotoGP 2025 bukan sebagai juara bertahan, bukan pula sebagai penantang gelar—melainkan sebagai pembalap yang terus berperang dengan rasa sakit.
Cedera berkepanjangan membuat musimnya berantakan, menyingkirkan semangat kompetitif yang setahun lalu membawanya merengkuh gelar dunia bersama Pramac Racing.
Dari 22 seri yang digelar, Martin hanya hadir di delapan. Dunia balap yang biasanya riuh dengan persaingannya, justru terasa sepi.
Motor yang harusnya jadi senjata utama, lebih sering tertinggal di garasi.
Satu-satunya kilau tipis musim ini hadir di GP Hungaria, ketika dia berhasil finis keempat.
Namun, itu pun tak mampu mengangkat posisinya di klasemen, yang berhenti di urutan ke-21 dengan hanya 34 poin—angka yang tentu terasa asing bagi seorang juara dunia.
Alih-alih tenggelam dalam keterpurukan, Martin justru menemukan sesuatu yang lebih dalam dari musim penuh luka ini.
“Saya hanya belajar dari musim lalu, saat menjadi juara dunia. Dari musim ini, aku sudah belajar lebih banyak,” ujar Martin dengan penuh tekad.





































