jpnn.com, JAKARTA - Arus penumpang yang menggunakan moda transfortasi laut diperkirakan kembali melonjak di berbagai pelabuhan utama Indonesia menjelang masa liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025
Gelombang masyarakat yang hendak mudik, berwisata, atau sekadar menyeberang antarpulau, membuat pelabuhan menjadi simpul keramaian yang padat dan penuh risiko.
Di tengah lonjakan mobilitas tersebut, pengamat maritim DR. Capt. Marcellus Hakeng Jayawibaw mengingatkan kepada pihak terkait bahwa keselamatan penumpang harus menjadi prioritas mutlak
Hal itu terutama terkait infrastruktur laut nasional belum sepenuhnya siap menghadapi tantangan baru seperti potensi kebakaran kendaraan listrik.
“Momen Nataru selalu membawa lautan manusia ke pelabuhan. Di situlah risiko meningkat, dan di situlah negara harus hadir dengan standar keselamatan yang tidak boleh dinegosiasikan,” ujar Capt. Hakeng di Jakarta.
Lebih lanjut, dia menekankan bahwa perjalanan laut bukan sekadar perpindahan fisik dari satu pulau ke pulau lain, tetapi sebuah ritus kebangsaan yang menuntut kedisiplinan, kepedulian, serta kesadaran kolektif.
“Manifes penumpang yang akurat, briefing keselamatan yang dipahami semua orang, serta jalur evakuasi yang dikuasai petugas adalah sebagai syarat minimum agar lonjakan arus pada musim liburan tidak berubah menjadi potensi tragedi,” tegas Capt. Hakeng.
Pengamat maritim dari Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas Strategic Center (ISC) itu mengatakan salah satu isu yang mencuat jelang Nataru, adalah kebijakan sejumlah otoritas pelabuhan yang melarang sementara mobil listrik naik kapal feri.












































