jpnn.com, JAKARTA - Anak berkebutuhan khusus (ABK) seringkali memiliki cara yang unik dalam memproses informasi dan berkomunikasi.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa karya visual menjadi salah satu pendekatan paling efektif, tidak hanya untuk berkomunikasi, tetapi juga mendukung proses belajar dan terapi mereka.
Hal itulah yang menjadi fokus utama ilustrator dan peneliti visual, Wenny Yosselina, yang mendedikasikan riset dan karyanya untuk anak-anak disabilitas, mulai dari autisme, low vision, hingga disabilitas tuli.
Lulusan dan peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) itu menegaskan bahwa bahasa visual adalah jembatan utama bagi interaksi dan pemahaman ABK.
“Berdasarkan riset, mereka justru lebih mudah mengerti atau mencerna informasi melalui visual."
"Buku cerita anak-anak atau narasi visual digunakan untuk menjembatani komunikasi mereka,” ujar Wenny, yang juga aktif di Kelas Buku Anak ITB dan Art Therapy Centre (ATC) Widyatama Bandung, Jumat (12/12).
Menurutnya, ABK memiliki kemampuan visual yang kuat, seringkali mengumpulkan "aset-aset visual" di pikiran mereka.
Maka, dalam proses belajar, Wenny selalu menyarankan untuk menghindari terlalu banyak bahasa verbal.












































