jpnn.com, JAKARTA - National Project Manager ENTREV Boyke Lakaseru mengatakan bahwa dukungan negara sahabat dan lembaga multilateral sangat krusial dalam membantu Indonesia menjawab tantangan pendanaan, teknologi, hingga kapasitas sumber daya manusia dalam transisi menuju energi rendah karbon.
Sebab, percepatan transisi energi di Indonesia tidak dapat dilakukan secara parsial.
Oleh karena itu, diperlukan juga kerja sama lintas sektor antara pemerintah, swasta, masyarakat sipil, hingga mitra internasional untuk mewujudkan ekosistem energi bersih yang inklusif dan berkelanjutan.
“Transisi energi bukan proyek satu institusi, ini agenda kolaboratif lintas sektor dan lintas negara. Indonesia tidak bisa berjalan sendiri,” ujar Boyke dikutip, Kamis (24/4).
Boyke menyebut melalui proyek ENTREV yang merupakan kolaborasi antara Kementerian ESDM dan UNDP, Indonesia mendapatkan dukungan teknis dan pendanaan untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dari hulu ke hilir.
Proyek ini juga difasilitasi oleh Global Environment Facility (GEF) sebagai mitra internasional dalam pendanaan aksi iklim.
Menurut Boyke, pengalaman negara-negara seperti Norwegia, Jerman, dan China dalam mendorong adopsi kendaraan listrik telah menjadi referensi penting bagi Indonesia.
Dalam sejumlah kesempatan bilateral, Indonesia juga menjalin kerja sama dalam bentuk teknologi baterai, pelatihan teknisi kendaraan listrik, dan studi kebijakan transportasi rendah emisi.