jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi X DPR RI Bonnie Triyana mendorong Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan perguruan tinggi untuk mengubah pendekatan penanganan bencana dari reaktif menjadi preventif berbasis riset dan teknologi. Ia merekomendasikan pembuatan peta risiko bencana dinamis yang dapat diakses publik.
"Untuk itu, peran BRIN sebagai koordinator riset nasional sangat krusial," kata Bonnie Triyana dalam keterangannya, Jumat (12/11).
Politikus Fraksi PDI Perjuangan itu menekankan perlunya kolaborasi riset yang membumi antara BRIN dan kampus, termasuk pendokumentasian kearifan lokal dan pemetaan kerentanan berbasis komunitas.
"Riset tidak boleh berhenti di jurnal. Harus ada mekanisme yang menjembatani temuan peneliti BRIN dan kampus menjadi bahan ajar praktis di sekolah dan materi sosialisasi untuk masyarakat," tegas Bonnie.
Ia juga mengapresiasi langkah cepat peneliti komunitas dan BRIN selama ini, namun menekankan peningkatan kewaspadaan dan mitigasi ke depan.
Bonnie mencontohkan pemanfaatan teknologi seperti citra satelit dan drone untuk mengidentifikasi kerusakan lingkungan sejak dini. Menurutnya, dengan sistem pengawasan yang optimal, potensi bencana besar dapat dihindari. "Mestinya kan terdeteksi dari awal, sehingga banjir yang menyebabkan korban jiwa yang sangat besar ini kita bisa hindari," tegasnya.
Ia juga menyoroti pentingnya pendekatan menyeluruh dalam pemulihan pendidikan pascabencana, yang harus mencakup seluruh tenaga kependidikan. Dorongan ini menegaskan peran strategis BRIN dan dunia pendidikan dalam membangun ketahanan nasional menghadapi ancaman bencana dan krisis iklim. (tan/jpnn)











































