Bawang Merah

6 hours ago 26

Oleh: Dahlan Iskan

Bawang Merah

Facebook JPNN.com LinkedIn JPNN.com Whatsapp JPNN.com Telegram JPNN.com

Dahlan Iskan. Foto: dok JPNN.com

jpnn.com - Kerusuhan tahun 1998 tidak hanya membuat sedih banyak warga Tionghoa, tetapi juga bikin menangis ilmuwan asal Kudus ini: Prof Ir Arifin Noor Sugiharto MSc PhD.

Krisis ekonomi saat itu membuat ahli bawang merah ini sulit mencari teman kerja sama, padahal ia harus segera menanam bibit bawang merah yang ia kumpulkan dari seluruh dunia. Kulkas-kulkasnya sudah penuh –isi bawang merah untuk penelitian.

Bawang Merah

Akibat tidak segera dapat partner, semua bawang merah itu membusuk. Jumlahnya 400 jenis bawah merah. Seharusnya semua itu segera ditanam. Lalu dikawin-kawinkan. Sampai bisa mendapatkan bibit bawang merah terbaik.

Waktu itu Arifin baru pulang dari Jepang. Selama di Kyushu University ia meneliti bawang merah. Ia dapat biaya penelitian sangat besar. Dari pemerintah Jepang. Kalau dirupiahkan mencapai Rp 10 miliar.

Arifin hanya bisa bersedih melihat koleksi bawang merahnya membusuk. Setelah kesedihannya reda, Arifin bertekad tetap menjadi peneliti. Ia pindah meneliti jagung. Ia kembali ke Jepang. Dapat beasiswa postdoctoral.

Kali ini ia harus berada di pusat penelitian yang terpencil. Di Okinawa. Bukan di pulau besarnya tetapi di pulau kecil di bagian selatan kepulauan Okinawa.

Sudah 16 paten ia hasilkan di bidang jagung. Empat di antaranya sudah menjadi "uang". Sudah dibeli oleh kalangan industri jagung. Uang hasil penelitiannya itu dibagi dengan tempatnya mengajar: Universitas Brawijaya Malang –70-30 persen.

Kerusuhan tahun 1998 tidak hanya membuat sedih banyak warga Tionghoa, tetapi juga bikin menangis ilmuwan asal Kudus ini: Prof Ir Arifin Noor Sugiharto MSc PhD.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Read Entire Article
| | | |