jatim.jpnn.com, SURABAYA - Banyak yang mengira banjir semata-mata disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, padahal persoalannya jauh lebih kompleks. Tanah kita akan kehilangan kemampuan menyerap air ketika hutan, yang seharusnya menjadi pelindung pertama, mengalami kerusakan akibat penebangan yang tidak terkendali. Ketika fungsi hutan melemah, seluruh sistem alam yang bekerja mengatur siklus air ikut terganggu.
Sebagai guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), saya melihat bencana banjir yang terjadi belakangan ini bukan sekadar peristiwa alam yang muncul begitu saja. Dari sudut pandang IPA, banjir merupakan konsekuensi panjang dari kesalahan manusia dalam mengelola lingkungannya.
Kalau Hutan Rusak, Daya Serap Tanah Otomatis Melemah
Dalam ilmu alam, peran hutan bukan hanya sekadar tempat tumbuhnya pohon. Akar-akar pohon besar bekerja seperti spons yang menyimpan air, menahan tanah, dan mengatur alirannya. Ketika pohon ditebang, hilang pula kekuatan akar yang mampu menjaga keseimbangan air dalam tanah.
Akibatnya, air hujan tidak lagi meresap, tetapi langsung mengalir deras ke sungai. Sungai yang sudah dipenuhi limbah dan sedimentasi tak lagi mampu menampung debit air yang meluap, sehingga banjir tak terhindarkan. Inilah penjelasan ilmiah yang paling sederhana, tetapi paling sering diabaikan.
Sawit Bukan Pengganti Ekosistem Hutan
Sayangnya, alih fungsi hutan menjadi perkebunan seperti sawit semakin memperburuk keadaan. Banyak orang mengira sawit dapat menggantikan fungsi hutan, padahal secara ekologis keduanya sangat berbeda.
Akar kelapa sawit adalah akar serabut yang tidak mampu menyimpan air sebagaimana akar pohon-pohon hutan alami. Sawit memang menyerap banyak air, tetapi tidak menyimpannya.
Akibatnya, tanah di kebun sawit lebih cepat tergerus, mudah hanyut, dan tidak memiliki struktur pengikat yang kuat. Padahal di hutan, akar pohon menyambung dan mengikat tanah satu sama lain, sehingga tidak mudah longsor atau terkikis aliran permukaan.
Oleh karena itu, menggantikan hutan dengan sawit justru meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor secara signifikan. Alih fungsi ini juga memicu kerusakan ekosistem yang lebih luas.









































