jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI) Ferdinand Hutahaean mencurigai adanya rekayasa di balik kasus bahan bakar Pertalite bercampur air yang ramai diberitakan di Jawa Timur, termasuk Surabaya.
Dia menduga, peristiwa tersebut tidak murni terjadi karena kesalahan teknis, melainkan ada pihak tertentu, yang sengaja memainkan isu ini untuk membangun opini negatif terhadap Pertamina.
Menurut Ferdinand, kecurigaannya muncul karena sejak awal munculnya kasus BBM oplosan dan pembatasan impor SPBU asing, narasi tentang buruknya kualitas bahan bakar Pertamina kerap dihembuskan secara masif dan sistematis di media sosial.
“Saya melihat ada upaya sistematis untuk membangun persepsi publik seolah-olah BBM Pertamina bermasalah,” ujar Ferdinand.
Kasus ini berawal dari viralnya video dan laporan motor mogok setelah mengisi Pertalite di beberapa SPBU. Termasuk pejabat publik setempat yang melakukan sidak, namun diduga sampel BBM tersebut berasal dari luar SPBU.
“Yang aneh, justru banyak sampel yang ditemukan di luar SPBU menggunakan botol air mineral, padahal itu cara pengambilan yang tidak benar,” jelasnya.
Pasalnya, pengambilan sampel dengan botol plastik bekas air minum bisa menimbulkan kesan seolah BBM bercampur air, karena sisa air dalam botol dapat mencemari bahan bakar.
Ferdinand pun mendesak pihak kepolisian untuk menyelidiki secara tuntas kasus ini. Ia meminta agar polisi memanggil konsumen yang kendaraannya mogok, memeriksa bengkel yang menangani motor tersebut, dan mengambil sampel langsung dari SPBU tempat pengisian bahan bakar.





.jpeg)

































