jpnn.com, JAKARTA - Gerakan demonstrasi yang merebak di sejumlah daerah di Indonesia bukanlah peristiwa yang lahir tiba-tiba.
Menurut Intelektual Muda Pangeran Mangkubumi, hal tersebut adalah hasil akumulasi dari kekecewaan yang terlalu lama dibiarkan menggumpal.
“Ketika tunjangan DPR meningkat drastis, sementara rakyat masih tercekik oleh mahalnya kebutuhan pokok dan minimnya akses kesejahteraan, ada luka yang kembali dikoyak,” ujar Pangeran di Jakarta, Senin, 1 September 2025.
Dia menilai kemarahan rakyat itu bukan hanya sebatas soal angka dalam anggaran, tetapi tentang rasa keadilan yang terinjak.
Ironisnya, kata dia, ketika beberapa anggota DPR merespons kritik publik dengan pernyataan yang arogan dan menghina, api yang tersulut pun menyebar cepat.
Gelombang protes itu menjelma dari ruang digital ke jalan-jalan kota.
Namun, lanjut dia, yang paling menyedihkan adalah ketika kemarahan rakyat berubah menjadi anarkistis.
“Ketika spanduk digantikan batu, ketika nyawa warga sipil seperti Affan Kurniawan melayang di tengah kekacauan dan ketika gas air mata menstimulus penjarahan. Pada titik ini, kita harus jujur mengakui ada persoalan bangsa yang harus kita benahi bersama sesegera mungkin,” ujar Pangeran.