Nasionalisme Tak Bisa Ditukar Tren, Jangan Biarkan Martabat Merah Putih Dikerdilkan

1 month ago 52

Sabtu, 09 Agustus 2025 – 10:35 WIB

Nasionalisme Tak Bisa Ditukar Tren, Jangan Biarkan Martabat Merah Putih Dikerdilkan - JPNN.com Jatim

Dosen Sistem dan Teknologi Informasi (Sistekin) Untag Surabaya Supangat, Ph.D., ITIL., COBIT., CLA., CISA. Foto: Source for JPNN

jatim.jpnn.com, SURABAYA - Menjelang Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, pemandangan yang semula kita anggap mustahil kini jadi hal lumrah. Bendera bajak laut Jolly Roger dari serial anime One Piece berkibar berdampingan, bahkan di beberapa tempat tampak lebih mencolok, dari Sang Saka Merah Putih.

Di jalanan, di media sosial, hingga dalam momen kebangsaan. Fenomena ini jelas lebih dari sekadar tren atau budaya pop. Ini mencerminkan pergeseran cara masyarakat, khususnya generasi muda, memaknai simbol perjuangan.

Sayangnya, di balik kreativitas itu, ada yang terasa getir yaitu nasionalisme perlahan terdorong ke pinggir oleh narasi fiksi, algoritma media sosial, dan kegandrungan akan viralitas.

Ketika Simbol Negara Dibelokkan Demi Like dan Retweet

Kita paham bahwa anak muda ingin mengekspresikan diri. Kita juga tidak anti pada budaya populer, apalagi karya-karya fiksi yang menyuarakan keadilan dan perlawanan terhadap penindasan, seperti One Piece.

Namun, ada garis batas yang tidak boleh dilanggar, Merah Putih bukan simbol yang bisa disandingkan sembarangan. Ia bukan properti visual yang boleh dikerdilkan di tengah euforia digital.

Ketika bendera fiksi dikibarkan sejajar dengan lambang negara, bahkan dijadikan alat sindiran terhadap kondisi sosial, ini bukan lagi sekadar ekspresi.

Ini adalah bentuk pergeseran makna yang bisa berujung pada pengaburan nilai. Kritik sosial boleh, sindiran boleh, tetapi jangan sampai nyawa simbol negara dimatikan di tengah panggung konten trending.

Algoritma Digital Mempengaruhi Makna

Tren ini tak bisa dilepaskan dari peran algoritma dan sistem digital yang kini menjadi 'tangan tak terlihat' dalam membentuk opini publik. Di media sosial, yang viral bukan yang bernilai, tetapi yang memancing emosi dan perhatian.

Dosen Sistekin Untag Surabaya Supangat menyampaikan opini terkait fenomena pengibaran bendera One Piece yang belakangan ini ramai menjadi perbincangan.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Jatim di Google News

Read Entire Article
| | | |