Menelusuri Jejak Misi 3Gs di Bumi Cenderawasih

4 hours ago 19

Oleh Laurens Ikinia - Peneliti di Institute of Pacific Studies & Dosen Hubungan Internasional UKI, Jakarta

Menelusuri Jejak Misi 3Gs di Bumi Cenderawasih

Facebook JPNN.com LinkedIn JPNN.com Whatsapp JPNN.com Telegram JPNN.com

Peneliti di Institute of Pacific Studies & Dosen Hubungan Internasional UKI, Jakarta Laurens Ikinia. Foto: Source for JPNN.com

jpnn.com - Indonesia dengan hamparan zamrud khatulistiwa dari Sabang hingga Merauke, memang menyimpan kekayaan budaya dan alam yang tak ternilai, sebuah magnet abadi yang memikat dunia.

Kekayaan ini, meski kini tak selalu terlihat secara kasat mata, tetap memiliki daya tarik kuat yang bersifat intangible, mempengaruhi imajinasi, geopolitik, dan ekonomi global.

Magnet itu, dalam narasi kolonial Barat, pernah dirumuskan dalam sebuah kata pendek yang sarat kuasa: “god”.

Bukan dengan huruf kapital 'G' yang merujuk pada Yang Ilahi, tetapi ‘g’ kecil yang merangkum tiga obsesi duniawi: gold, oil, and diamond.

Dalam permainan linguistik yang ironis, kata yang sama—God—dengan huruf kapital bermakna transenden, spiritual, dan suci.

Sementara versi sekulernya, god, mewakili segala yang material, gemerlap, dan diperebutkan. Ambivalensi inilah yang membingkai kedatangan bangsa Barat ke Nusantara, termasuk ke negeri paling timur: Tanah Papua.

Mereka datang dengan membawa 3Gs Mission: Gospel (Penyebaran Injil), Gold (Perebutan Emas dan Sumber Daya), dan Glory (Kejayaan dan Penguasaan Wilayah).

Namun, jika kita ingin memahami bagaimana trilogi ini bukan sekadar catatan sejarah usang, tetapi roh yang masih bergentayangan, tak ada tempat yang lebih gamblang menunjukkan wajah aslinya selain Tanah dan Orang Papua.

Para Misionaris datang membawa 3Gs Mission: Gospel (Penyebaran Injil), Gold (Perebutan Emas dan Sumber Daya), dan Glory (Kejayaan dan Penguasaan Wilayah).

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Read Entire Article
| | | |