jpnn.com, JAKARTA - Media internasional Firstpost menyoroti langkah strategis diplomasi Republik Indonesia dan Amerika Serikat (AS) salah satunya pada perdagangan gandum.
Media asal India itu dalam kanal YouTube-nya menilai komitmen Indonesia untuk membeli gandum Amerika senilai USD 500 juta menjadi sebuah kesepakatan strategis mengingat komoditas tersebut merupakan bahan baku vital dalam produksi mi instan.
Ekonom INDEF Andry Satrio di dalam kanal itu berharap tarif baru pada gandum bisa meningkatkan konsumsi domestik hingga memacu ekspor produk olahan.
"Produk mi instan Indonesia sudah berorientasi ekspor dari segi kualitas, dan dengan biaya input yang jauh lebih rendah, gandum menjadi lebih murah,"kata Andry dikutip, Kamis (21/8).
Namun, Andry juga berharap industri juga akan diuntungkan, terutama karena industri makanan dan minuman belum kembali ke tingkat pra-pandemi, di mana pertumbuhannya berada di angka dua digit.
"Kami berharap dengan biaya input yang lebih rendah untuk produk akhir, produk olahan berbahan dasar tepung gandum ini akan lebih kompetitif di pasar global dan internasional,” lanjutnya.
Seperti diketahui, Indonesia memang tidak memproduksi gandum karena faktor iklim tropis yang tidak sesuai untuk tanaman tersebut.
Gandum menjadi salah satu komoditas yang diimpor dari negara sahabat. Amerika Serikat selama ini menjadi salah satu pemasok utama.