jpnn.com, JAKARTA - Kepala Laboratorium Indonesia (Lab) 45 Jaleswari Pramodhawardhani menyebut fenomena pengibaran bendera Jolly Roger dari serial One Piece menjelang HUT ke-80 RI seharusnya bisa dilihat dari sisi kebebasan menyatakan pendapat.
“Saya rasa ini penting untuk diletakkan dalam kebebasan berekspresi," kata Jaleswari ditemui awak media di Jakarta, Selasa (12/8).
Toh, kata Jaleswari, bendera Indonesia, yakni Merah Putih, terlalu sakral untuk dibandingkan dengan umbul-umbul dari serial fiksi.
Dia pun merasa urusan pengibaran bendera One Piece hanya dipandang sebagai upaya rakyat yang prihatin atas kondisi bangsa melalui cara kreatif.
"Terlalu rendah kalau hanya dibandingkan dengan bendera-bendera yang sebetulnya itu ekspresi dari soal keprihatinan atau kekecewaan, yang bentuknya lucu-lucu," kata Jaleswari.
Dia menyarankan pemerintah tidak perlu merepresi aksi pengibaran bendera One Piece, karena berpotensi memunculkan efek negatif.
"Kita tahu ini bentuk kartun Jepang yang tidak mengancam apa pun. Kalau ini kemudian direpresi, ditekan, atau dipaksa untuk diturunkan, justru akan memberikan preseden yang jauh lebih buruk,” ujar dia.
Termasuk, kata Jaleswari, pemerintah tidak perlu melabeli fenomena pengibaran bendera One Piece sebagai tindakan makar.