jpnn.com, JAKARTA - Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) terus bergulir membuat peluang kerja terasa makin sempit.
Melki, warga Tangerang, adalah salah satu yang merasakan himpitan tersebut. Dia baru saja kehilangan pekerjaan dari sektor bisnis Food and Beverages (FnB) di salah satu gerai waralaba di Serpong, Tangerang.
Melki sebelumnya merupakan seorang barista. Kini dia berharap ada perusahaan yang membuka pintu baginya untuk bekerja.
"Saya baru nganggur sekitar sebulan. Saat ini sedang mencari pekerjaan bersama adik saya yang baru lulus (kuliah)," kata Melki yang tengah mencoba peruntungan dengan mendatangi Job Fair di kementerian ketenagakerjaan pada Jumat (23/5/2025) lalu.
Fenomena PHK memang tidak bisa dilepaskan dari berbagai tekanan, mulai dari kondisi ekonomi global.
Pria 27 tahun ini pun bersimpati terhadap siapapun warga yang terkena PHK akibat dari gerakan boikot yang dilakukan masyarakat luas.
"Soal boikot-boikot itu tahu, tapi tidak terlalu mengikuti. Saya sendiri tidak melakukan boikot dan pakai produk sesuai kebutuhan saja. Kalau PHK karena boikot memang kejadian, ya sedih juga. Apalagi kalau ternyata itu bikin makin susah cari kerja," ujar dia.
Perasaan senada juga diungkapkan Rahadi Syukur. Dia mengaku kesulitan mencari pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi.