jpnn.com, JAKARTA - Ketua Badan Pengkajian MPR Andreas Hugo Pareira menilai ada banyak substansi positif yang disampaikan Presiden Prabowo Subianto saat berpidato di Sidang Tahunan MPR 2025.
Hal substansi positif tersebut, seperti perhatian terhadap net outflow of national wealth, ketahanan pangan dan energi, serta program Makan Bergisi Gratis (MBG).
Namun, Andreas Hugo juga menyoroti ketimpangan antara retorika dan implementasi di lapangan.
“Optimisme harus kita jaga, tetapi perlu juga kehati-hatian. Misalnya, kita bicara surplus empat juta ton beras, tetapi faktanya harga beras di lapangan mahal. Ini ironi yang tidak boleh diabaikan,” kata Andreas Hugo dalam keterangannya, Kamis (21/8).
Pernyataan tersebut disampaikannya dalam Diskusi Konstitusi dan Demokrasi Indonesia di Ruang PPIP, Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (20/8).
Diskusi yang digelar Koordinatoriat Wartawan Parlemen (KWP) bekerja sama dengan Biro Hubungan Masyarakat dan Sistem Informasi Setjen MPR RI dengan tema 'Implementasi Pidato Presiden saat Sidang MPR RI Tahun 2025' ini juga menghadirkan Anggota MPR RI dari Fraksi PKS Riyono dan para jurnalis dari berbagai media nasional, serta dimoderatori M. Munif dari KWP.
Andreas menekankan pentingnya peran teknokrasi dalam menerjemahkan ide-ide besar presiden ke dalam implementasi nyata.
Dia menilai saat ini kekosongan dalam sistem pelaksanaan program karena lemahnya teknokrasi.