jatim.jpnn.com, SURABAYA - Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jawa Timur merilis temuan terbaru yang menunjukkan buruknya kualitas udara di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Benowo, Surabaya. Temuan itu mematahkan anggapan bahwa semua PLTSa ramah lingkungan.
Dari pemantauan yang dilakukan WALHI Jatim, konsentrasi partikel debu halus di udara (PM2.5) tercatat rata-rata mencapai 26,78 mikrogram per meter kubik, hampir dua kali lipat dari ambang batas harian yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 15 mikrogram per meter kubik.
Di sejumlah titik, bahkan angkanya melonjak hingga melebihi 100 mikrogram per meter kubik. Angka tersebut tergolong sangat berbahaya bagi kesehatan.
“Kalau kami mengacu ke standar nasional, batas harian PM2.5 itu 55 mikrogram per meter kubik, tetapi dari hasil kami, nilai itu masih jauh dilampaui. Untuk PM10, kami mencatat puncaknya bisa sampai 150 mikrogram per meter kubik dalam satu hari,” ungkap Staf Kampanye Divisi Jaringan Publik WALHI Jatim Muhammad Jibril, Rabu (23/7).
Kondisi ini dinilai mengancam keselamatan warga sekitar. PM2.5 merupakan partikel mikroskopis yang mampu masuk jauh ke dalam sistem pernapasan dan mencapai aliran darah, memicu peradangan, kerusakan organ, hingga berujung pada berbagai penyakit serius.
“Efek jangka panjang dari paparan partikel ini sangat serius. Mulai dari kanker paru, stroke, penyakit jantung, hingga kematian dini. Dampaknya bersifat akumulatif dan bisa terus terasa selama bertahun-tahun,” katanya.
Sebagai langkah awal, WALHI Jatim menyatakan tengah menyusun policy brief untuk disampaikan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya.
Mereka juga berencana menggelar diskusi bersama guna membahas penanganan polusi udara dari aktivitas pembakaran sampah di PLTSa.